Senin, 09 Juli 2012

Spiritual Kerja part 2



Fi Sabilillah, dengan syarat…
Membantu orang tua, mencukupi keluarga, mencukupi diri sendiri, membantu orang lain, dan memakmurkan bumi adalah tujuan-tujuan mulia dalam bekerja sehingga bernilai ibadah dan di jalan Allah. Mari kita wujudkan dengan mengindahkan syarat-syarat berikut:
1.      Pastikan bahwa jenis pekerjaan Anda dibenarkan oleh agama Islam. Seperti berdagang, bertani, memproduksi barang dan jasa, menjadi pegawai dan sebagainya. Rasulullah saw telah bersabda: “sesungguhnya Allah itu maha baik, dan tidak berkenan menerima kecuali yang baik”. (Hr.Muslim)
2.      Lakukan pekerjaan dengan itqan, yakni dengan professional. Ini berarti Anda melakukannyan dengan teliti, rapi dan penuh kesungguhan. Rasulullah saw telah bersabda: “sesunggauhnya Allah menyukai jika sesorang di antara kalian melakukan pekerjaan hendaknya melakukannya dengan iqtan/ professional”(Hr. Baihaqi)
3.      Indahkan rambu-rambu yang ditetapkan, jangan menerjangnya. Penuhi hak orang lain, dan jangan ambil hak yang bukan hak Anda. Berikan kemudahan, jangan menyulitkan. Hindari menimbun barang sehingga menyulitkan masyarakat. Ketika sedang mengotrol pasar, Rasulullah melihat tumpukan kurma yang sedang dijual. Di permukaan kurma itu bagus, namun ketika Rasullah memasukan tangan ke bagian dalam dari tumpukan tersebut, ternyata kualitasnya lebih jelek. Beliau kemudian bersabda: “siapa yang menipu kami, maka ia bukan bagian dari kami”(Hr. Muslim)
4.      Pekerjaan tidak akan mumbuat Anda lalai dari mengingat Allah. Allah berfirman: “hai orang-prang beriman, janganlah harta dan anak kamu membuat kamu lalai dari dzikrullah (mengingat Allah). Barang siapa melakukan yang demikian itu, maka mereka adalah orang-orang yang merugi”. (Qs. 63:9)
Spiritual Kerja        
1.      Pagi Penuh Berkah
Dengan terbitnya fajar, awal keberkahan di lembar hari yang baru mulai terbuka. Kalau burung-burung dengan lincahnya terbang dari satu pohon ke pohon yang lain dan berkicau gembira menyambut pagi, maka bagi orang beriman, pagi adalah harapan, pagi adalah semangat, pagi adalah power full, dan pagi adalah momentum sejarah baru.
Gorelah aktivitas kerja mulia sejak nafas menghirup segarnya udara pagi. Dan gapailah doa nabi Muhammad saw, doa keberkahan yang beliau peruntukkan secara special buat Anda bersama sekalian umat beliau yang mulai beraktivitas di pagi hari. Doa beliau: “Ya Allah, berkahilah umatku dalam aktivitas mereka di pagi hari” (Hr. Abu Dawud dan Tirmidzi).
2.      Kerja Penuh Pahala
Sejatinya, tidak ada kiprah kerja sekecil apapun yang hilang percuma, walau tak seorangpun member penghargaan kepada Anda. Maka bekerjalah, dan yakinlah bahwa kerja Anda membawa manfaat. Bahkan ketika akan terjadi hari kiamat sekalipun dan Anda masih bisa melakukan suatu aktivitas kerja, maka lakukanlah, jangan tinggalkan karena beralasan sudah mau kiamat. Begitulah cara kita bekerja sebagai orang beriman karena yakin akan adanya pahala yang dijanjikan Allah.”not thing loose”. Rasulullah saw besabda: “jika terjadi hari kiamat, dan di tangan salah seorang dari kalian masih ada bibit tanaman, jika ia mampu menanamnya sebelum kiamat benar-benar terjadi, maka tanamlah” (Hr. Ahmad).
3.      Sore Penuh Ampunan
dan tibalah waktu sore, saat letih dan lelah setelah seharian kerja dengan maksimal. Namun Anda pantang berlangkah gontai dan bermuka masam. Pantang itu… pantang itu karena Anda telah meyakini janji Rasulullah saw, janji memeproleh ampunan Allah bagi siapa saja yang sepanjang hari berletih-lelah kerja FI SABILILLAH. Beliau bersabda: “barang siapa masuk waktu sore dalam keadaan letih karena bekerja dengan kedua tangannya, maka ia masuk waktu sore dalam keadaan memperoleh ampunan Allah” (Hr. Thabrani dalam almu’jam al-ausath).
Selamat menjelang waktu sore dan meraih ampunan Allah. Subhanllah…
4.      Malam Penuh Keridhoan
Dan tibalah saatnya istirahat di malam hari, bermalamlah dengan keridhoan Allah. Rasulullah saw bersabda: “barang siapa bermalam dalam keadaan letih karena mencari rizki yang halal, maka ia bermalam dalam keadaan Allah ridha terhadapnya” (Hr. Ibnu Abiddunya). []Ust. KH. Arwani Amin, Lc


sumber; labbaik Edisi 22 Tahun XXI juni 2012

Baca Juga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar